Selasa, 11 September 2012

SPIRITUALITAS


SPIRITUALITAS

RESUME


Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas
DAD ( DAARUL ARQOM DASAR )


γΏ·ᛯ௔

Oleh :
NURKHOLIS
SEMESTER V B




FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH TANGERANG (UMT)
Sekretariat : Jl. Perintis Kemerdekaan I/33  Cikokol - Kota Tangerang - Banten 15118


2011 M  / 1433 H



 
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita semua selaku para hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita menuju terangnya Iman dan Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan resume ini dengan sebaik-baiknya.
Alasan penulis memilih judul: “Spiritualitas  adalah agar penulis lebih memahami tentang spiritualitas dan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti DAD (Daarul Arqom Dasar ) pada semester V fakultas Agama Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1.      Bapak. H. Ahmad Badawi S.Pd, M.M selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang.
2.      Rekan-rekan seperjuangan dalam menuntut ilmu di Kampus Universitas Muhammadiyah.
Semoga resume ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan rekan-rekan mahasiswa. Saya menyadari bahwa resume ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan diskusi atau pun ilmu pengetahuan saya selanjutnya dimasa yang akan datang.


Tangerang,  27 Desember  2011 M
               02 Sapar 1433 H

Penulis








DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...................ii
BAB I  PENDAHULUAN …………………………………………………………….1
  1. Latar Belakang Masalah …………………………………………………...........1
  2. Perumusan Masalah ………………………………………………......................1
  3. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………..2
  4. Sistematika Penulisan ……………………………………………………………2

BAB II  SPIRITUALITAS…………………………….................................................3
  1. Spiritual………………………………………………………………………….3
  2. Pola Normal Spiritual.............................................................................................4
  3. Perkembangan Aspek Spiritual ………………….................................................5
  4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Spiritual …………………………..7
  5. Perubahan Fungsi  Spiritual ……………………………………………..............8
  6. Perkembangan Spiritual Anak …………………………………………………..8
  7. Runtuhnya Tabularasa Jhon Locke………………………………………………9
  8. Makna agama bagi anak……………………………………………………….....9
  9. Pandangan Tokoh Barat…………………………………………………………9
  10. Pandangan Tokoh Islam…………………………………………………………9

BAB III  PENUTUP……………………………………………………………………10
  1. Kesimpulan………………………………………………………………………10
  2. Saran……………………………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………....11






 
BAB I
PENDAHULUAN

A . Latar Belakang
Manusia dalam perspektif merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah spirual dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan spiritualnya dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia, manusia memiliki beberapa peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka perkembangan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural dan  tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial,  dan kultural merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera.
Kesadaran akan pemahaman tersebut melahirkan keyakinan dalam psikologi perkembangan anak bahwa pemberian asuhan spiritual hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual manusia. Sehingga, pada nantinya manusia akan dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus pada fisik maupun psikologis saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek spiritual. Kesejahteraan spiritual adalah suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan. Spiritualitas memiliki dimensi yang luas dalam kehidupan seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari psikologi sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan psikologi kepada manusia.
B . Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
1.   Bagaimana memenuhi kebutuhan Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Anak?
2.   Bagaimana mengetahui konsep secara umum?
3.   Bagaimana membuat pola normal spiritual?
4.   Bagaimana menganalisa berbagai hal dan kondisi yang mampu mempengaruhi spiritual?
5.      Bagaimana mengetahui perkembangan aspek spiritual berdasarkan konsep tumbuh kembang manusia?
6.   Bagaimana menganalisa perubahan fungsi spiritual berdasarkan karakteristik spiritual?
C . Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan resume ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk memenuhi kebutuhan Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Anak
2.      Untuk Mengetahui konsep secara umum
3.      Untuk Mengetahui pola normal spiritual
4.      Untuk Mampu menganalisa hal-hal yang mampu mempengaruhi spiritualitas individu.
5.      Untuk Mengetahui perkembangan aspek spiritual berdasarkan konsep tumbuh kembang manusia.
6.      Untuk  Mengetahui karakteristik spiritual, kemudian berdasarkan karakteristik tersebut mampu mengidentifikasi perubahan fungsi spiritual apakah menuju kepada perilaku yang adaptif atau maladaptive.
D.  Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan resume ini dibagi menjadi 3 (tiga) bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi uraian tentang latar belakang masalah, membuat pola normal spiritual, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II SPIRITUALITAS
Spiritualitas berisi uraian tentang pengertian spiritual, menganalisa berbagai hal dan kondisi yang mampu mempengaruhi spiritual, menganalisa perubahan fungsi spiritual berdasarkan karakteristik spiritual dan menganalisa perubahan fungsi spiritual berdasarkan karakteristik spiritual.
BAB III PENUTUP
Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka berisi referensi penulis dalam menyusun resume ini.
BAB II
SPIRITUALITAS

A. Spiritual
1. Pengertian spiritual 
           Spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara, spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang.  Spiritual adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, dan harapan, melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama.  Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu (Farran et al, 1989). Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai  spiritual hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Menurut Emblen, 1992 spiritual sangat sulit untuk didefinisikan. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan  spiritual termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan dan eksistensi.  Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal (hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib). Spiritual  adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta  spiritual juga merupakan pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi. (Hanafi, djuariah. 2005).    
2. Karakteristik  spiritual         
            Karakteristik  spiritual  yang utama meliputi perasaan dari keseluruhan dan keselarasan dalam diri seorang, dengan orang lain, dan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu penetapan. Orang-orang, menurut tingkat perkembangan mereka, pengalaman, memperhitungkan keamanan individu, tanda-tanda kekuatan, dan perasaan dari harapan. Hal itu tidak berarti bahwa individu adalah puas secara total dengan hidup atau jawaban yang mereka miliki. Seperti setiap hidup individu berkembang secara normal, timbul situasi yang menyebabkan kecemasan, tidak berdaya, atau kepusingan. Karakteristik kebutuhan  spiritual  meliputi:
a) Kepercayaan           
b) Pemaafan   
c) Cinta dan hubungan
d) Keyakinan, kreativitas dan harapan
e) Maksud dan tujuan serta anugrah dan harapan       
             Karakteristik dari kebutuhan spiritual ini menjadi dasar dalam menentukan karakteristik dari perubahan fungsi spiritual yang akan mengarahkan individu dalam berperilaku, baik itu kearah perilaku yang adaptif maupun perilaku yang maladaptif.         
B. Pola Normal Spiritual       
             Pola normal  spiritual adalah sesuatu pola yang terintegrasi dan berhubungan dengan dimensi yang lain dalam diri seorang individu. Spiritualitas mewakili totalitas keberadaan seseorang dan berfungsi sebagai perspektif pendorong yang menyatukan berbagai aspek individual. Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Keyakinan tersebut diketahui sebagai suatu faktor yang kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik. Setiap individu memiliki definisi dan konsep yang berbeda mengenai spiritualitas. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritualitas termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan, dan eksistensi.
             Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri mengenai spiritualitas karena masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda mengenai hal tersebur. Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup seseorang, serta persepsi mereka tentang hidup dan kehidupan. Pengaruh tersebut nantinya dapat mengubah pandangan seseorang mengenai konsep spiritulitas dalam dirinya sesuai dengan pemahaman yang ia miliki dan keyakinan yang ia pegang teguh. Konsep  spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep religius. Kedua hal tersebut memang sering digunakan secara bersamaan dan saling berhubungan satu sama lain. Konsep religius biasanya berkaitan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau proses melakukan suatu tindakan. Konsep religius merupakan suatu sistem penyatuan yang spesifik mengenai praktik yang berkaitan bentuk ibadah tertentu. Emblen dalam Potter dan Perry mendefinisikan religi sebagai suatu sistem keyakinan dan ibadah terorganisasi yang dipraktikan seseorang secara jelas menunjukkan spiritualitas mereka. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa religi adalah proses pelaksanaan suatu kegiatan ibadah yang berkaitan dengan keyakinan tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan spiritualitas diri mereka. Sedangkan  spiritual  memiliki konsep yang lebih umum mengenai keyakinan seseorang. Terlepas dari prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan tersebut. Konsep spiritual  berkaitan berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan kepercayaan seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai dari atheisme (penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga agnotisme (percaya bahwa Tuhan ada dan selalu mengawasi) atau theisme (Keyakinan akan Tuhan dalam bentuk personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam Kristen dan Islam.
             Keyakinan merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang individu. Keyakinan mendasari seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan kepercayaan yang ia ikuti. Keyakinan dan kepercayaan akan Tuhan biasanya dikaitkan dengan istilah agama. Di dunia ini, banyak agama yang dianut oleh masyarakat sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Tiap agama yang ada di dunia memiliki karakteristik yang berbeda mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan sesuai dengan prinsip yang mereka pegang teguh. Keyakinan tersebut juga mempengaruhi seorang individu untuk menilai sesuatu yang ada sesuai dengan makna dan filosofi yang diyakininya. Sebagai contoh, persepsi seorang Muslim mengenai psikologi kesehatan dan respon penyakit tentunya berbeda dengan persepsi seorang Budhis. Semua itu tergantung konsep spiritual yang dipahami sesuai dengan keyakinan dan keimanan seorang individu. Ada beberapa contoh islam yang menerapkan pola normal spiritualnya dengan cara:
1.  Pola orang tua mengajarkan anak untuk melaksanakan sholat       
2.  Pola orang tua memberikan tauladhan untuk menghormati orang yang lebih tua
3. Pola normal orang tua dalam memanfaatkan waktu untuk mengaji bersama anak dalam             keluarga Pola normal spiritual.
             Bahkan Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut dikatakannya bahwa keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik, yang tidak dapat diukur. 
C. Perkembangan Aspek Spiritual   
             Pemenuhan aspek spiritual pada klien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi manusia yang harus dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dimensi-dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling berinterksi, interrelasi, dan interdepensi, sehingga adanya gangguan pada suatu dimensi dapat mengganggu dimensi lainnya.  Tahap perkembangan klien dimulai dari lahir sampai klien meninggal dunia. Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, desawa muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum tanpa memandang aspek tumbuh-kembang manusia proses perkembangan aspek spiritual dilhat darkemampuan kognitifnya dimulai dari pengenalan, internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi. Namun, berikut akan dibahas pula perkembangan aspek spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia. Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk diperhatikan.      
1. Individu yang berusia antara 0-18 bulan,    
             Bayi yang sedang dalam proses tumbuh kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungan, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Haber (1987) menjelaskan bahwa perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya perkembangan spiritual yang baik pada bayi.
2. Dimensi spiritualmulai menunjukkan perkembangan pada masa kanak-kanak awal (18  bulan-3 tahun).  
             Anak sudah mengalami peningkatan kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal yang baik dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk berpendapat dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa tinggal dengan aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan berdoa sebelum makan, atau cara anak memberi salam dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan lebih merasa senang jika menerima pengalaman-pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual
3. Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun) berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.
         Anak usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan sosial, norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga. Anak tidak hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi membandingkan norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga lain. Kebutuhan anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritualini harus diperhatikan karena anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan membedakan Tuhan dan orang tuanya.       
4. Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun).
             Anak usia sekolah (6-12 tahun) berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep abstrak untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka.        
5. Remaja (12-18 tahun).        
             Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup, menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja menguji nilai dan kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau menerimanya. Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku dan role model yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok paling tinggi perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari orang lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka protes dan memberontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja. 
6. Dewasa muda (18-25 tahun).          
             Pada tahap ini individu menjalani proses perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri. Spiritual bukan merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri bahwa mereka sudah dewasa.          
7. Dewasa pertengahan (25-38 tahun).           
             Dewasa pertenghan merupakan tahap perkembangan spiritual  yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem nilai. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual.          
8. Dewasa akhir (38-65 tahun).          
          Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual meningkat.
9. Lanjut usia (65 tahun sampai kematian).    
             Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber (1987) pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset membuktikan orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati. Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri.  Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyaninan mereka yang mereka percaya. Setiap fase dari tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman spiritual yang berbeda.           
D. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Spiritual   
             Spiritual adalah komponen penting dari seorang individu yang dimiliki dan sebuah aspek integral dari filosofi holistik. Perkambangan spiritual pasti mengalami keadaan yang tidak selalu baik seperti halnya fisik. Secara langsung maupun tidak langsung ada beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan spiritual. Spiritualitas tidak selalu berkaitan dengan agama, tetapi spiritualitas adalah bagaimana seseorang memahami keberadaannya dan hubungannya dengan alam semesta. Orang-orang mengartikan spiritualitas dengan berbagai cara dan tujuan tersendiri. Setiap agama menyatakan bahwa manusia ada dibawah kuasa Tuhan. Namun, dari semua itu setiap manusia berusaha untuk mengkontrol spiritualitasnya. Inilah yang disebut dengan menjaga kesehatan spiritual.           Hal terpenting yang mempengaruhi perkembangan spiritual dan sebaiknya kita jaga adalah nutrisi spiritual. Hal ini termasuk mendengarkan hal-hal positif dan pesan-pesan penuh kasih serta memenuhi kewajiban keagaman yang dianut. Selain itu juga dengan mengamati keindahan dan keajaiban dunia ini dapat memberikan nutrisi spiritual. Menilai keindahan alam dapat menjadi makanan bagi jiwa kita. Bahkan serangga yang terlihat buruk pun adalah sebuah keajaiban untuk diamati dan dinilai.
   Kedamaian dengan meditasi adalah bentuk lain untuk mendapatkan nutrisi spiritualHal itu bukanlah meminta Tuhan kita apa yang kita inginkan tetapi mencari keheningan untuk merefleksikan dan berterima kasih atas apa pun yang telah kita terima. Hal lain yang mempengaruhi perkembangan spiritualkita adalah latihan. Tidak hanya latihan dasar untuk kesehatan tubuh, tetapi juga latihan spiritual untuk menjaga spiritual. Latihan ini terdiri dari penggunaan jiwa kita. Sehingga latihan tersebut memberi sentuhan pada jiwa kita dan digunakan untuk menuntun kita untuk bertingkah-laku dengan baik, untuk menunjukan cinta kasih dan perasaan pada orang lain untuk memahami dan untuk mencari kedamaian. Faktor lain yang mempengaruhi kesehatan spiritual adalah lingkungan. Hal ini dikarenakan lingkungan dimana kita hidup adalah sumber utama kejahatan ynag dapat mempengaruhi jiwa kita. Kita harus waspada untuk menghindari keburukan yang berasal dari lingkungan kita dan mencari hal positif yang dapat diambil.  Tantangan yang dapat mengancam perkembangan spiritual kita dapat berasal dari luar maupun dari dalam dari kita. Ancaman dari luar dikarenakan setiap orang memiliki bentuk penularan spiritual yang menyebarkan penyakit spiritual kepada orang lain disekitar mereka. Beberapa orang merusak moral dan mencoba untuk menarik orang lain untuk mengikuti kepercayaannya. Beberapa agama memberikan bekal keimanan yang cukup untuk menolak kepercayaan lain. Banyak orang-orang yang melakukan hal-hal yang buruk dan jahat. Kemudian mempengaruhi orang lain untuk mengikuti hal-hal buruk yang dilakukan. Keinginan untuk melakukan hal-hal buruk tersebut timbul dari keinginan diri sendiri. Jadi, Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan  spiritual adalah nutrisi, latihan dan lingkungan tempat tinggal. Selain itu, terdapat ancaman dari luar maupun dari dalam diri kita. Sehingga kita harus pandai-pandai untuk menjaga kesehatan spiritual kita.   
E. Perubahan Fungsi  Spiritual         
             Perilaku individu sangat dipengaruhi oleh spiritualisme dalam kehidupaannya. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Spiritual adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, harapan, dan melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama.               Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan, memenuhi kewajiban agama, dan kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan. Masalah spiritual ketika penyakit, kehilangan, dan nyeri menyerang seseorang. Kekuatan spiritual dapat membantu seseorang ke arah perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dari makna hidup. Perubahan perilaku mungkin menjadi perwujudan dari disfungsi spiritual. Manusia  yang gelisah tentang hasil tes diagnosa atau yang menunjukan kemarahan setelah mendengar hasil mungkin menjadi menderita stresss spiritual.
Orang menjadi lebih merenung, berupaya untuk memperhitungkan situasi dan mencari fakta bacaan yang berlaku. Beberapa reaksi emosional, mencari informasi, dan dukungan dari teman dan keluarga. Pengenalan dari masalah, kemungkinan yang timbul tidak bisa tidur atau kekurangan konsentrasi. Kesalahan, ketakutan, keputusasaan, kekhawatiran, dan kecemasan juga mungkin menjadi indikasi perubahan fungsi spiritual ekspresi adaptif dan maladaptif dari kebutuhan spiritual.
F. Perkembangan Spiritual Anak     
       Studi empiris yang tersedia pada proses perkembangan yang merupakan bagian dari kereligiusan di seluruh tahap kehidupan, sebagian besar, berhenti di akhir masa remaja. Oleh karena itu, bagian dari ‘usulan’ ini ditujukan kepada Anda agar melakukan penelitian lebih lanjut.
G. Runtuhnya Tabularasa Jhon Locke        
          Jangan menganggap bahwa pikiran seorang anak itu seperti kertas putih, atau bejana kosong, yang secara gradual diisi, yang secara sembarangan tanpa pemilahan menyerap sesuatu dari dunia luar, proses penyerapan pada periode ini lebih bersifat aktif dari pada pasif. H. Makna agama bagi anak      
            Embrio Munculnya Agama Pada Anak. Istilah Tuhan untuk anak-anak cenderung berarti orang besar. Jika Tuhan disebut Bapa, anak berpikir dalam hal yang besar, ayah yang lebih kuat yang pada dasarnya sama dengan ayah anak yang sebenarnya.           
I. Pandangan Tokoh Barat   
            Penemuan pasangan Gluecks yang pertama ialah bahwa kenakalan remaja bukan fenomena baru dari masa remaja melainkan suatu lanjutan  dari pola perilaku asosiasi yang mulai pada masa kanak-kanak. Pasangan Gluecks menyatakan bahwa sudah semenjak usia 2-3 tahun ada kemungkinan mengenali anak yang kelak menjadi remaja yag nakal   
J. Pandangan Tokoh Islam   
            Menurut Ahmad Tafsir anak yang tidak dikembangkan aspek moral-keagamaannya, maka kelak di masa dewasa akan menjadi orang yang relatif sulit dididik untuk beragama. 




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan           
             Spiritualitas berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain ( fisiologis, psikologis, sosiologis, cultural ). Spiritual sangat berpengaruh terhadap koping yang dimiliki individu. Semakin tinggi tingkat spiritualindividu, maka koping yang dimiliki oleh individu tersebut juga akan semakin meningkat. Sehingga mampu meningkatkan respon adaptif terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut. Peran pendidik adalah bagaimana mampu mendorong manusia untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga manusia mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.    

B. Saran         
             Peningkatan spiritualitas dalam diri setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya untuk  melakukan peningkatan spiritualitas dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan latihan yoga dan melakukan meditasi. Penting juga diperhatikan pemenuhan nutrisi. Hal tersebut tentunya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, akan lebih baik jika dilaksanakan secara berkesinambungan. Dengan meningkatkan spiritualitas dalam diri, maka koping yang kita miliki juga akan meningkat. Sehingga mampu berperilaku dan mempertahankan kondisi yang optimal.           










DAFTAR PUSTAKA


Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. 2009. Bandung: PT Remaja Rosda.          

Gunarsa, Singgih. Psikologi Remaja. 1981. Jakarta: Gunung Mulia.   

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan anak. 1993. Jakarta: Erlangga.

Kartono, Kartini. Psikologi Anak. 1979. Bandung: Alumni.   

Nugroho, Trinoval Yanto, dalam http://www.trinoval.web.id/2010/07/perkembangan pada-   dewasa_15.html. 
Sarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. 2006. Jakarta: Sinar Grafika Offset.