SPIRITUALITAS
RESUME
Diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas
DAD
( DAARUL ARQOM DASAR )
Oleh
:
NURKHOLIS
SEMESTER
V B
FAKULTAS
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMDIYAH TANGERANG (UMT)
Sekretariat
: Jl. Perintis Kemerdekaan I/33 Cikokol
- Kota Tangerang - Banten 15118
2011
M / 1433 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita semua selaku para
hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita menuju terangnya Iman dan Islam, sehingga penulis dapat
menyelesaikan resume ini dengan sebaik-baiknya.
Alasan penulis
memilih judul: “Spiritualitas” adalah agar penulis lebih memahami tentang spiritualitas
dan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti DAD (Daarul Arqom Dasar ) pada semester
V fakultas Agama Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Dan ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada :
1.
Bapak. H. Ahmad Badawi S.Pd, M.M
selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang.
2.
Rekan-rekan seperjuangan dalam
menuntut ilmu di Kampus Universitas Muhammadiyah.
Semoga resume ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan rekan-rekan mahasiswa. Saya
menyadari bahwa resume ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu segala
kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan diskusi atau
pun ilmu pengetahuan saya selanjutnya dimasa yang akan datang.
Tangerang, 27 Desember
2011 M
|
02 Sapar 1433 H
|
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………i
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………...................ii
BAB
I PENDAHULUAN …………………………………………………………….1
BAB II
SPIRITUALITAS…………………………….................................................3
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………....11
|
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Manusia dalam
perspektif merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah
spirual dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan
meningkatkan spiritualnya dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia,
manusia memiliki beberapa peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu,
makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka
perkembangan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas
aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural dan tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada
salah satu diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau
keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik,
psikologis, sosial, dan kultural
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Tiap bagian dari individu
tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut
sejahtera.
Kesadaran akan
pemahaman tersebut melahirkan keyakinan dalam psikologi perkembangan anak bahwa
pemberian asuhan spiritual hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang
tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi
juga kebutuhan spiritual manusia. Sehingga, pada nantinya manusia akan dapat
merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus pada fisik maupun psikologis
saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek spiritual. Kesejahteraan spiritual adalah
suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu secara keseluruhan,
yang ditandai oleh makna dan harapan. Spiritualitas memiliki dimensi yang luas
dalam kehidupan seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari
psikologi sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan
psikologi kepada manusia.
B . Rumusan Masalah
Berangkat dari latar
belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat penulis rumuskan adalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana memenuhi kebutuhan Mata Kuliah Psikologi
Perkembangan Anak?
2.
Bagaimana mengetahui konsep secara umum?
3.
Bagaimana membuat pola normal spiritual?
4.
Bagaimana menganalisa berbagai hal dan kondisi yang
mampu mempengaruhi spiritual?
5.
Bagaimana mengetahui perkembangan aspek spiritual
berdasarkan konsep tumbuh kembang manusia?
6.
Bagaimana menganalisa perubahan fungsi spiritual
berdasarkan karakteristik spiritual?
C . Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan penulisan resume ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk memenuhi kebutuhan Mata Kuliah Psikologi
Perkembangan Anak
2.
Untuk Mengetahui konsep secara umum
3.
Untuk Mengetahui pola normal spiritual
4.
Untuk Mampu menganalisa hal-hal yang mampu
mempengaruhi spiritualitas individu.
5.
Untuk Mengetahui perkembangan aspek spiritual berdasarkan
konsep tumbuh kembang manusia.
6.
Untuk Mengetahui
karakteristik spiritual, kemudian berdasarkan karakteristik tersebut mampu
mengidentifikasi perubahan fungsi spiritual apakah menuju kepada perilaku yang
adaptif atau maladaptive.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan resume ini
dibagi menjadi 3 (tiga) bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan
berisi uraian tentang latar belakang masalah, membuat pola normal spiritual,
tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II SPIRITUALITAS
Spiritualitas
berisi uraian tentang pengertian
spiritual, menganalisa berbagai hal dan kondisi yang mampu mempengaruhi
spiritual, menganalisa perubahan fungsi spiritual berdasarkan karakteristik
spiritual dan menganalisa perubahan fungsi spiritual berdasarkan karakteristik
spiritual.
BAB
III PENUTUP
Penutup
berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar
Pustaka berisi
referensi penulis dalam menyusun resume ini.
BAB
II
SPIRITUALITAS
A. Spiritual
1. Pengertian spiritual
Spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara, spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang. Spiritual adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, dan harapan, melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama. Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu (Farran et al, 1989). Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Menurut Emblen, 1992 spiritual sangat sulit untuk didefinisikan. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritual termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan dan eksistensi. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal (hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib). Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi. (Hanafi, djuariah. 2005). 2. Karakteristik spiritual Karakteristik spiritual yang utama meliputi perasaan dari keseluruhan dan keselarasan dalam diri seorang, dengan orang lain, dan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu penetapan. Orang-orang, menurut tingkat perkembangan mereka, pengalaman, memperhitungkan keamanan individu, tanda-tanda kekuatan, dan perasaan dari harapan. Hal itu tidak berarti bahwa individu adalah puas secara total dengan hidup atau jawaban yang mereka miliki. Seperti setiap hidup individu berkembang secara normal, timbul situasi yang menyebabkan kecemasan, tidak berdaya, atau kepusingan. Karakteristik kebutuhan spiritual meliputi: a) Kepercayaan b) Pemaafan c) Cinta dan hubungan d) Keyakinan, kreativitas dan harapan e) Maksud dan tujuan serta anugrah dan harapan Karakteristik dari kebutuhan spiritual ini menjadi dasar dalam menentukan karakteristik dari perubahan fungsi spiritual yang akan mengarahkan individu dalam berperilaku, baik itu kearah perilaku yang adaptif maupun perilaku yang maladaptif. B. Pola Normal Spiritual Pola normal spiritual adalah sesuatu pola yang terintegrasi dan berhubungan dengan dimensi yang lain dalam diri seorang individu. Spiritualitas mewakili totalitas keberadaan seseorang dan berfungsi sebagai perspektif pendorong yang menyatukan berbagai aspek individual. Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Keyakinan tersebut diketahui sebagai suatu faktor yang kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik. Setiap individu memiliki definisi dan konsep yang berbeda mengenai spiritualitas. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritualitas termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan, dan eksistensi.
Setiap individu memiliki pemahaman
tersendiri mengenai spiritualitas karena masing-masing memiliki cara pandang
yang berbeda mengenai hal tersebur. Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup seseorang, serta
persepsi mereka tentang hidup dan kehidupan. Pengaruh tersebut nantinya dapat
mengubah pandangan seseorang mengenai konsep spiritulitas dalam dirinya sesuai
dengan pemahaman yang ia miliki dan keyakinan yang ia pegang teguh. Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan
konsep religius. Kedua hal tersebut memang sering digunakan secara bersamaan
dan saling berhubungan satu sama lain. Konsep religius biasanya berkaitan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau proses melakukan suatu tindakan. Konsep
religius merupakan suatu sistem penyatuan yang spesifik mengenai praktik yang
berkaitan bentuk ibadah tertentu. Emblen dalam Potter dan Perry mendefinisikan
religi sebagai suatu sistem keyakinan dan ibadah terorganisasi yang dipraktikan
seseorang secara jelas menunjukkan spiritualitas mereka. Dari beberapa
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa religi adalah proses pelaksanaan
suatu kegiatan ibadah yang berkaitan dengan keyakinan tertentu. Hal tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan spiritualitas diri mereka.
Sedangkan spiritual memiliki konsep yang lebih umum mengenai
keyakinan seseorang. Terlepas dari prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaan tersebut. Konsep spiritual berkaitan berkaitan dengan nilai, keyakinan,
dan kepercayaan seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai dari
atheisme (penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga agnotisme (percaya bahwa
Tuhan ada dan selalu mengawasi) atau theisme (Keyakinan akan Tuhan dalam bentuk
personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam Kristen dan Islam.
Keyakinan merupakan hal yang lebih
dalam dari suatu kepercayaan seorang individu. Keyakinan mendasari
seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan kepercayaan yang ia
ikuti. Keyakinan dan kepercayaan akan Tuhan biasanya dikaitkan dengan istilah
agama. Di dunia ini, banyak agama yang dianut oleh masyarakat sebagai wujud
kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Tiap agama yang ada di dunia
memiliki karakteristik yang berbeda mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kepercayaan dan keyakinan sesuai dengan prinsip yang mereka pegang teguh.
Keyakinan tersebut juga mempengaruhi seorang individu untuk menilai sesuatu
yang ada sesuai dengan makna dan filosofi yang diyakininya. Sebagai contoh,
persepsi seorang Muslim mengenai psikologi kesehatan dan respon penyakit
tentunya berbeda dengan persepsi seorang Budhis. Semua itu tergantung konsep
spiritual yang dipahami sesuai dengan keyakinan dan keimanan seorang individu. Ada
beberapa contoh islam yang menerapkan pola normal spiritualnya dengan cara:
1. Pola orang
tua mengajarkan anak untuk melaksanakan sholat
2. Pola orang
tua memberikan tauladhan untuk menghormati orang yang lebih tua
3. Pola normal orang tua dalam memanfaatkan waktu
untuk mengaji bersama anak dalam keluarga Pola normal spiritual.
Bahkan Makhija (2002) menyatakan
bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan
personal individu. Lebih lanjut dikatakannya bahwa keimanan diketahui sebagai
suatu faktor yang sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik,
yang tidak dapat diukur.
C. Perkembangan Aspek Spiritual Pemenuhan aspek spiritual pada klien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi manusia yang harus dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dimensi-dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling berinterksi, interrelasi, dan interdepensi, sehingga adanya gangguan pada suatu dimensi dapat mengganggu dimensi lainnya. Tahap perkembangan klien dimulai dari lahir sampai klien meninggal dunia. Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, desawa muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum tanpa memandang aspek tumbuh-kembang manusia proses perkembangan aspek spiritual dilhat darkemampuan kognitifnya dimulai dari pengenalan, internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi. Namun, berikut akan dibahas pula perkembangan aspek spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia. Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk diperhatikan. 1. Individu yang berusia antara 0-18 bulan, Bayi yang sedang dalam proses tumbuh kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungan, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Haber (1987) menjelaskan bahwa perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya perkembangan spiritual yang baik pada bayi.
2. Dimensi spiritualmulai
menunjukkan perkembangan pada masa kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun).
Anak sudah mengalami peningkatan
kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal yang baik dan buruk
untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap perkembangan ini
memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk berpendapat dan menghormati
acara-acara ritual dimana mereka merasa tinggal dengan aman. Observasi
kehidupan spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan yang sederhana seperti
cara berdoa sebelum tidur dan berdoa sebelum makan, atau cara anak memberi
salam dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan lebih merasa senang jika menerima
pengalaman-pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual
3. Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun) berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.
Anak usia pra sekolah mulai memahami
kebutuhan sosial, norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma
keluarga. Anak tidak hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi
membandingkan norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga lain. Kebutuhan
anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang mendasar tentang
isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritualini harus diperhatikan karena anak sudah
mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima penjelasan mengenai
Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan membedakan Tuhan dan orang
tuanya.
4. Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun).
Anak usia sekolah (6-12 tahun) berfikir secara
konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep abstrak untuk memahami
gambaran dan makna spriritual dan agama mereka. Minat anak sudah mulai
ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan
apakah keyakinan. Orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap
dimensi spiritual mereka.
5. Remaja (12-18 tahun). Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup, menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja menguji nilai dan kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau menerimanya. Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku dan role model yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok paling tinggi perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari orang lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka protes dan memberontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja. 6. Dewasa muda (18-25 tahun). Pada tahap ini individu menjalani proses perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri. Spiritual bukan merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri bahwa mereka sudah dewasa. 7. Dewasa pertengahan (25-38 tahun). Dewasa pertenghan merupakan tahap perkembangan spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem nilai. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual. 8. Dewasa akhir (38-65 tahun). Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual meningkat.
9. Lanjut usia (65 tahun sampai
kematian).
Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber (1987) pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset membuktikan orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati. Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri. Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyaninan mereka yang mereka percaya. Setiap fase dari tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman spiritual yang berbeda. D. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Spiritual Spiritual adalah komponen penting dari seorang individu yang dimiliki dan sebuah aspek integral dari filosofi holistik. Perkambangan spiritual pasti mengalami keadaan yang tidak selalu baik seperti halnya fisik. Secara langsung maupun tidak langsung ada beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan spiritual. Spiritualitas tidak selalu berkaitan dengan agama, tetapi spiritualitas adalah bagaimana seseorang memahami keberadaannya dan hubungannya dengan alam semesta. Orang-orang mengartikan spiritualitas dengan berbagai cara dan tujuan tersendiri. Setiap agama menyatakan bahwa manusia ada dibawah kuasa Tuhan. Namun, dari semua itu setiap manusia berusaha untuk mengkontrol spiritualitasnya. Inilah yang disebut dengan menjaga kesehatan spiritual. Hal terpenting yang mempengaruhi perkembangan spiritual dan sebaiknya kita jaga adalah nutrisi spiritual. Hal ini termasuk mendengarkan hal-hal positif dan pesan-pesan penuh kasih serta memenuhi kewajiban keagaman yang dianut. Selain itu juga dengan mengamati keindahan dan keajaiban dunia ini dapat memberikan nutrisi spiritual. Menilai keindahan alam dapat menjadi makanan bagi jiwa kita. Bahkan serangga yang terlihat buruk pun adalah sebuah keajaiban untuk diamati dan dinilai.
Kedamaian dengan meditasi adalah bentuk lain
untuk mendapatkan nutrisi spiritualHal itu bukanlah meminta Tuhan kita apa yang
kita inginkan tetapi mencari keheningan untuk merefleksikan dan berterima kasih
atas apa pun yang telah kita terima. Hal lain yang mempengaruhi perkembangan
spiritualkita adalah latihan. Tidak hanya latihan dasar untuk kesehatan tubuh,
tetapi juga latihan spiritual untuk menjaga spiritual. Latihan ini terdiri dari
penggunaan jiwa kita. Sehingga latihan tersebut memberi sentuhan pada jiwa kita
dan digunakan untuk menuntun kita untuk bertingkah-laku dengan baik, untuk
menunjukan cinta kasih dan perasaan pada orang lain untuk memahami dan untuk
mencari kedamaian. Faktor lain yang mempengaruhi kesehatan spiritual adalah
lingkungan. Hal ini dikarenakan lingkungan dimana kita hidup adalah sumber
utama kejahatan ynag dapat mempengaruhi jiwa kita. Kita harus waspada untuk
menghindari keburukan yang berasal dari lingkungan kita dan mencari hal positif
yang dapat diambil. Tantangan yang dapat mengancam perkembangan spiritual
kita dapat berasal dari luar maupun dari dalam dari kita. Ancaman dari luar
dikarenakan setiap orang memiliki bentuk penularan spiritual yang menyebarkan
penyakit spiritual kepada orang lain disekitar mereka. Beberapa orang merusak
moral dan mencoba untuk menarik orang lain untuk mengikuti kepercayaannya.
Beberapa agama memberikan bekal keimanan yang cukup untuk menolak kepercayaan
lain. Banyak orang-orang yang melakukan hal-hal yang buruk dan jahat. Kemudian
mempengaruhi orang lain untuk mengikuti hal-hal buruk yang dilakukan. Keinginan
untuk melakukan hal-hal buruk tersebut timbul dari keinginan diri sendiri.
Jadi, Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
spiritual adalah nutrisi, latihan dan lingkungan tempat tinggal. Selain
itu, terdapat ancaman dari luar maupun dari dalam diri kita. Sehingga kita
harus pandai-pandai untuk menjaga kesehatan spiritual kita.
E. Perubahan Fungsi Spiritual Perilaku individu sangat dipengaruhi oleh spiritualisme dalam kehidupaannya. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Spiritual adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, harapan, dan melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan, memenuhi kewajiban agama, dan kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan. Masalah spiritual ketika penyakit, kehilangan, dan nyeri menyerang seseorang. Kekuatan spiritual dapat membantu seseorang ke arah perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dari makna hidup. Perubahan perilaku mungkin menjadi perwujudan dari disfungsi spiritual. Manusia yang gelisah tentang hasil tes diagnosa atau yang menunjukan kemarahan setelah mendengar hasil mungkin menjadi menderita stresss spiritual.
Orang
menjadi lebih merenung, berupaya untuk memperhitungkan situasi dan mencari
fakta bacaan yang berlaku. Beberapa reaksi emosional, mencari informasi, dan
dukungan dari teman dan keluarga. Pengenalan dari masalah, kemungkinan yang
timbul tidak bisa tidur atau kekurangan konsentrasi. Kesalahan, ketakutan,
keputusasaan, kekhawatiran, dan kecemasan juga mungkin menjadi indikasi
perubahan fungsi spiritual ekspresi adaptif dan maladaptif dari kebutuhan
spiritual.
F. Perkembangan Spiritual Anak
Studi empiris yang tersedia pada proses perkembangan yang merupakan bagian dari kereligiusan di seluruh tahap kehidupan, sebagian besar, berhenti di akhir masa remaja. Oleh karena itu, bagian dari ‘usulan’ ini ditujukan kepada Anda agar melakukan penelitian lebih lanjut. G. Runtuhnya Tabularasa Jhon Locke Jangan menganggap bahwa pikiran seorang anak itu seperti kertas putih, atau bejana kosong, yang secara gradual diisi, yang secara sembarangan tanpa pemilahan menyerap sesuatu dari dunia luar, proses penyerapan pada periode ini lebih bersifat aktif dari pada pasif. H. Makna agama bagi anak Embrio Munculnya Agama Pada Anak. Istilah Tuhan untuk anak-anak cenderung berarti orang besar. Jika Tuhan disebut Bapa, anak berpikir dalam hal yang besar, ayah yang lebih kuat yang pada dasarnya sama dengan ayah anak yang sebenarnya. I. Pandangan Tokoh Barat Penemuan pasangan Gluecks yang pertama ialah bahwa kenakalan remaja bukan fenomena baru dari masa remaja melainkan suatu lanjutan dari pola perilaku asosiasi yang mulai pada masa kanak-kanak. Pasangan Gluecks menyatakan bahwa sudah semenjak usia 2-3 tahun ada kemungkinan mengenali anak yang kelak menjadi remaja yag nakal J. Pandangan Tokoh Islam Menurut Ahmad Tafsir anak yang tidak dikembangkan aspek moral-keagamaannya, maka kelak di masa dewasa akan menjadi orang yang relatif sulit dididik untuk beragama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritualitas berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain ( fisiologis, psikologis, sosiologis, cultural ). Spiritual sangat berpengaruh terhadap koping yang dimiliki individu. Semakin tinggi tingkat spiritualindividu, maka koping yang dimiliki oleh individu tersebut juga akan semakin meningkat. Sehingga mampu meningkatkan respon adaptif terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut. Peran pendidik adalah bagaimana mampu mendorong manusia untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga manusia mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.
B. Saran
Peningkatan spiritualitas dalam diri setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan spiritualitas dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan latihan yoga dan melakukan meditasi. Penting juga diperhatikan pemenuhan nutrisi. Hal tersebut tentunya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, akan lebih baik jika dilaksanakan secara berkesinambungan. Dengan meningkatkan spiritualitas dalam diri, maka koping yang kita miliki juga akan meningkat. Sehingga mampu berperilaku dan mempertahankan kondisi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. 2009. Bandung: PT Remaja Rosda.
Gunarsa, Singgih. Psikologi
Remaja. 1981. Jakarta: Gunung Mulia.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan
anak. 1993. Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. Psikologi
Anak. 1979. Bandung: Alumni.
Nugroho,
Trinoval Yanto, dalam http://www.trinoval.web.id/2010/07/perkembangan
pada- dewasa_15.html.
Sarkawi. Pembentukan
Kepribadian Anak. 2006. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Purwati, Susi, dalam http://susipurwati.blogspot.com/2010/01/konsep-kesehatanspiritual.
|